Senin, 03 Desember 2018

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MAHĀRAH AL-KALĀM BERBASIS USLUB AL-QUR’ĀN

Tidak ada komentar:
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MAHĀRAH AL-KALĀM
BERBASIS USLUB AL-QUR’ĀN
Oleh:
Zainal Arifin*
Syarif hidayullah khan*
Syaifudin*[1]

PROLOG
Kamis, 11 Juli 2013 10:51 dikutip dari situs merdeka.com ditemukan kesekian kalinya, buku ajar untuk siswa sekolah dasar (SD) terselip konten cerita dewasa. Kasus terbaru, cerita panjang yang mengisahkan percintaan dan keperawanan ada di buku Aku Senang Belajar Bahasa Indonesia yang diperuntukkan bagi siswa SD dan MI untuk kelas 6.

PENDAHULUAN
Peristiwa di atas sangat memalukan citra pendidikan dan juga sangat merusak daya fikir anak serta berdampak pada rusaknya moral anak. sungguh memprihatinkan buku SD mengandung konten pornografi dimana di usia-usia emas siswa seharusnya mengkonsumsi buku yang berisi konten penanaman nilai keagamaan dan karakter. Jika masalah ini dibiarkan saja maka akan berdampak pada degradasi moral generasi bangsa. Terbukti saat ini siswa SD, SMP, SMA maupun siswa remaja lainnya di usia mudanya sudah berani melakukan perbuatan yang mengarah kepada pronografi. Jadi masalah ini harus secepatnya diatasi. Selain itu, sebagai pendidik haruslah lebih selektif dalam memilih bahan ajar. Dan alangkah lebih baiknya lagi membuat bahan ajar sendiri dengan menginternalisasi nilai-nilai karakter dan nilai-nilai agama yang berpedoman kepada al-qur’an dan hadis Rasulullah.[2]
Buku dewasa ini kita kenal sebagai sumber ilmu pengetahuan. senada dengan ini slogan perpustakaan bank BI Surabaya menyebutkan “Buku singgasana ilmu pengetahuan”.[3] Segala bentuk pengetahuan apapun dapat kita temukan di buku. Dalam pepatah Arab mengatakan:
خير جاليس في الزمان كتاب
sebaik baik teman duduk di setiap waktu adalah buku

Idealnya buku ajar yang ada di sekolah harus memuat materi yang berisi nilai-nilai keagamaan dan karakter, namun di zaman globalisasi dan ditengah perkembangan teknologi saat ini tidak jarang ditemukan bahan ajar yang beredar di sekolah/madrasah jauh dari kategori baik. Terbukti di beberapa sekolah ditemukan kasus beredarnya buku mata pelajaran SD berkonten pornografi, belum lagi konten kekerasan, bulliying, serta buku yang disusun hanya sekedar untuk memenuhi kantong proyek atau bisnis semata tanpa memerhatikan teknik penyusunan buku yang ideal.
Kasus-kasus tersebut harus segera dituntaskan baik oleh pemerinta yang dalam hal ini kemendikbud maupun kemenag, dan juga oleh guru sebagai pendidik yang dekat dengan kehidupan siswa di sekolah. Saat ini pemerintah sudah brupaya menyediakan bahan ajar yang berasaskan pendidikann karakter yaitu buku kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik. Selain itu juga banyak para guru yang kreatif membuat bahan ajar sendiri seperti modul, makalah, slide presentasi, yang di didalamnya ditanamkan nilai-nilai karakter.
Namun, dalam penerapannya tidak serta merta merubah moral siswa atau karakter siswa secara darastis. Tidak dipungkiri masih banyak masalah-masalah siswa yang harus dijadikan perhatian penting oleh semua pihak baik oleh pemerintah, orang tua maupun para guru. Diantara permasalahan tersebut ialah, jarang ditemukan bahan ajar yang memuat atau mengkaitkan nilai-nilai al-Qur’an pada konten materinya. Sedangkan kita sadari bahwa al-qur’an adalah pedoman hidup umat islam.
Selain itu, di arus globalisasi, ditengah perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, siswa sudah jauh dari al-qur’an. Mereka tidak lagi akrab dengan al-Qur’an. tetapi sebaliknya, mereka lebih akrab dengan ponsel, laptop dan gadgetnya. Hingga mereka tidak peka dengan lingkungan sekitar, lupa dengan dunia bermain di tanah lapang, dan mereka juga lupa tradisi keislaman mereka sejak kecil dulu yaitu rajin ke mesjid untuk mengaji di sore hari.
Banyak solusi yang sudah ditawarkan untuk mengatasi berbagai masalah ini. Kurikulum di sekolah sudah menawarkan materi-materi keagamaan, salah satunya bahasa Arab. secara tidak langsung pembelajaran bahasa Arab juga merupakan salah satu internalisasi nilai-nilai al-Qur’an karena al-Qur’an menggunakan bahasa Arab. Begitu juga dengan bahan ajar bahasa Arab, khususnya pada aspek maharah al-kalam, tentu juga harus memuat materi yang tertanam di dalamnya nilai-nilai al-Qur’an.
Menjawab berbagai permasalahan diatas penulis merumuskan beberapa permasalahan yaitu: pertama, seperti apa uslub-uslub di dalam al-qur’an; kedua, bagaimana konsep dasar penyusunan bahan ajar yang ideal; ketiga, seperti apa pembelajaran maharah kalam-yang baik; keempat, bagaimana internalisasi uslub-uslub al-Qur’an dalam bahan ajar maharah al-kalam; kelima, bagaimana implementasinya pada teks atau konten maharah al-kalam. Adapun tujuan penulisan ini adalah: pertama, untuk mengetahui uslub-uslub di dalam al-qur’an; kedua, untuk mengetahui konsep dasar penyusunan bahan ajar yang baik; ktiga, untuk mengetahui konsep pembelajaran maharah al-kalam yang baik; keempat, mengetahui internalisasi uslub-uslub al-qur’an dalam bahan ajar maharah al-kalam; kelima, mengetahui implementasi uslub-uslub al-qur’an dalam bahan ajar maharah al-kalam.
Akhirnya penulis berharap tulisan ini dapat menjadi solusi terbarukan demi terwujudnya pembelajar yang berkarakter dan agamis.

USLUB-USLUB AL-QUR’AN
Uslub secara bahasa diterjemahkan artinya: jalan, cara, metode atau sistem. Jika diartikan sebagai makna yang termuat pada pola kalimat dan memudahkan pembaca ketika membaca atau mendengarnya. Secara istilah uslub diartikan sebagai cara seseorang merangkai kata kemudian menggunakannya pada konteks tertentu dan untuk tujuan tertentu.[4] Uslub dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: (1) Uslub ‘ilmi (metode keilmuan); (2) uslub adabi (metode kesusastraan) dan (3) uslub khitabi (metode percakapan). Tujuan dari tiga macam uslub di atas adalah untuk memudahkan pembaca atau pendengar makna yang terkandung didalam kalimat al-qur’an maupun gaya bahasanya.[5]
Sedangkan Habib dalam al-Zarqani kitab manahil al-irfan mengartikan uslub sebagai suatu cara yang dipakai oleh seorang penutur dalam merangkai dan mengemukakan idenya kepada lawan bicaranya dengan pemilihan-pemilihan kata.[6] Disisi lain Habib juga mengutip pendapat al-jurjani yang menyebut uslub meliputi dua aspek. Pertama metode berfikir, dan kedua metode penyampaian lafal dalam ekspresi.
Dari berbagai definisi di atas jelas bahwa uslub merupakan rangkaian kalimat yang disusun oleh si pembicara untuk disampaikan kepada si pendengar. Habib memperjelas penegasannya bahwa:
“uslub adalah cara memilih kata yang kemudian dirangkaikan dengan kata lain sehingga membentuk makna yang tepat”.[7]

Berkenaan dengan itu adapun pengertian uslub al-qur’an ialah cara atau metode khas penyusunan dan pemilihan lafaz kalam dalam al-qur’an.[8] Dengan demikian uslub al-qur’an dapat diartikan cara atau metode yang tepat dalam penyusunan pola kalimat maupun ungkapan dalam al-qur’an kemudian dirangkaikan pada kalimat lain dan memiliki makna yang tepat.

KONSEP DASAR PENYUSUNAN BAHAN AJAR YANG IDEAL
Guru tidak hanya berperan sebagai pendidik tapi dituntut juga untuk dapat mengembangkan atau membuat bahan ajar yang dapat digunakan siswa untuk belajar di kelas maupun dirumah, dalam hal ini guru disebut juga sebagai desainer yang mampu merancang bahan ajar sendiri ketika di sekolah yang belum ada buku ajarnya.[9] Tentu dalam membuat bahan ajar perlu memperhatikan beberapa hal seperti kebutuhan dan keinginan siswa serta kurikulum yang berlaku sebagia acuan. Adapun konsep dasar  penyusunan bahan ajar bahasa Arab diantaranya harus memperhatikan beberapa hal, berkenaan dengan ini al-Ghali dan Abdullah menyebutkan sebagai berikut:
a.         Asas sosial-budaya
Sebelum membuat bahan ajar maka seorang penyusun atau guru harus memperhatikan budaya masyarakat setempat dengan tujuan aagar siswa merasakan betul bahwa yang ada dalam bahan ajar tersebut adalah budayanya sendiri seperti candi prambanan, candi brobudur dan banyak lagi yang lainnya, selain itu guru harus memahamkan budaya Arab dan budaya islam sehingga siswa merasa memiliki bahwa bahasa Arab merupakan kekayaan khazanah keislaman. Senada dengan itu ada mutiara kata yaitu “al-lugah wi’a al-ṣaqȃfah” artinya bahasa adalah bejana kebudayaan.[10] Ini artinya bahwa bahasa tidak terlepas dari budaya masyarakat setempat, atau budaya pemilik asli bahasa tersebut.
b.        Asas psikologis
Mendengar kata psikologis kita langsung berfikiran mengenai aspek kejiwaan siswa, mental siswa, minat, bakat, dan motivasi siswa. Adapun aspek psikologis yang harus dijadikan acuan sebelum menyusun bahan ajar yaitu:
1)      Bahan ajar harus sesuai dengan daya ingat dan daya serap siswa
2)      Melihat keaneka ragaman antara siswa satu dengan yang lainnya
3)      Bisa memancing kemampuan berfikir siswa dalam menyerap bahasa
4)      Kemampuan berbahasa siswa harus dijadikan acuan dan disesuaikan dengan bahan ajar.
5)      Faktor perbedaan usia siswa
6)      Bahan ajar yang disusun harus bisa memberikan motivasi kepada siswa
7)      Buku siswa dan buku guru harus sesuai
8)      Isi materi harus menanamkan nilai-nilai karakter
c.         Asas kebahasaan dan pendidikan
Ada dua hal yang diperhatikan disini yaitu asa kebahasaan yang meliputi empat ketermpilan berbahasa meliputi kemahiran mendengar, kemahiran berbicara, kemahiran membaca dan kemahiran menulis, serta beberapa unsur-unsur lain yang menunjang pemerolehan bahasa dan asas pendidikan yang meliputi teori-teori pendidikan dan teori penyusunan bahan ajar, misalnya mengurutkan materi dari yang paling mudah dahulu kemudian kepada yang lebih sulit.

PEMBELAJARAN MAHĀRAH AL-KALĀM
Berbagai macam metode dan strategi yang telah ditawarkan dunia pendidikan dalam pembelajaran bahasa Arab. Seperti metodologi pembelajaran di empat aspek kebahasaan yaitu maharah istima’, kalam, qira’ah dan kitabah. Khususnya pada aspek maharah al-kalam yang merupakan pokok atau tujuan utama mempelajari bahasa Arab.
Berbagai metode dan strategi itu telah banyak ditawarkan oleh para pakar bahasa Arab. sebagaimana yang dikemukakan oleh Prof. Dr. azhar Arsyad dalam teori metode the silent way yaitu “pembelajaran bahasa asing/bahasa Arab aspek kalam yang baik ialah dengan membiarkan murid bersalah dalam berbahasa”.[11] Senada dengan ini Murica berpendapat salah satu kesalahan dalam pembelajaran aspek kalam adalah siswa dituntut untuk selalu benar sehingga mereka mengalami tekanan, paksaan, dan tuntutan untuk benar.[12] Artinya bahwa dalam berbahasa perlu proses alamiah, tanpa adanya paksaan dan mereka secara sadar bebas beraksi menggunakan bahasa yang baru mereka kenal.
Sementara itu ada gagasan untuk mempelajari bahasa Arab untuk tujuan khusus, dalam arti mengkaitkan materi ajar dengan tujuan-tujuan tertentu dan menuangkan suatu tujuan di teks materi ajar tersebut. sebagaimana oleh Dr. Junaedi pada worksop penulisan tesis bahwa bahasa Arab juga mempunyai tujuan khusus diantaranya yaitu:[13]
a.         Pembelajaran bahasa Arab untuk kepentingan ibadah haji
b.         Pembelajran bahasa Arab untuk tenaga kerja
c.         Pembelajaran bahasa Arab untuk pemandu wisata
d.        Pembelajran bahsa Arab untuk tenaga instruktur
Sedangkan Mohammad Seman menambahka bahwa secara tidak disadari umat islam selalu menggunakan bahasa Arab dalam kehidupan sehari-hari misalnya ketika berwudu, azan, iqamat, solat, dan berdoa sehingga kesemuanya ini dinamakan bahasa ibadah. Sehingga dalam tulisan ini mengangkat tema tentang penanaman uslub-uslub dalam materi ajar maharah al-kalam. Dalam arti lain bahwa materi ajar maharah al-kalam disusun dengan menggunakan pola- pola kalimat sebagaimana yang digunakan dalam al-qur’an. Sehingga ini disebut juga dengan pembelajaran bahasa Arab untuk tujuan mengkaji gaya bahasa al-qur’an yang kemudian diterapkan untuk praktik berbicara antar siswa di kelas.
Dengan demikian, diharapkan internalisasi uslub-uslub al-quran dalam maharah al-kalam ini mampu mengakrabkan kembali siswa dengan al-qur’an dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.










الدرس الأول:                          القرآن, هو شفاء للناس














المفردات للخطة الدراسة
Kamu sudah lupa
:
نسيت
Apa kamu sakit
:
أمرضت انت
Aku sudah hafal
:
حفظت
obat
:
دواء

التعبيرات للتطبيق الدراسى
Merasa berat
:
ضاق ب ذرعا
Akan aku kerjakan perintahmu
:
لا أعصى لك امرا
Dalam al-Qur’an (ada) obat/penawar
:
من القرآن ما هو شفاء
Bacalah al-Qur’an
:
رتل القرآن



الحوار في تطبيق الدراسي
يآمصطفى, أمرضت ؟
:
أستاذ
بلى يآ أستاذ, ضقت بذرع.
:
مصطفى
هل ذهبت إلى الطبيب ؟
:
أستاذ
لم أذهب إليه و لم أتناول أي دواء, ما رأيك عني يآأستاذ, أعندك دواء ؟
:
مصطفى
رتل القرآن يآمصطفى, هل نسيت القول فيه يقول " و ننزل من القرآن ما هو شفاء و رحمة للمؤمنين"
:
أستاذ
لا, قد حفظت ذلك القول, لا أعصى لك أمرا, شكرا يآاستاذ, جزاك الله
:
مصطفى





























الدرس الثاني:                 وضع كتابة الجديدة على الفيسبوك
















المفردات للخطة الدراسة
Kata-kata motivasi
:
كلمة الدافعية
Apa yang sedang kamu lakukan
:
ماذا تفعل
Nasehat, masukan, saran
:
النصيحة
Saya sedang menulis
:
أكتب

التعبيرات للتطبيق الدراسى
Terima kasih atas nasehatnya
:
شكرا على نصيحتك
Akan aku kerjakan perintahmu
:
لا أعصى لك امرا
Jika…… maka……
:
لئن..... ل....
Andaikata……maka….
:
لو كان.... لنفد....

الحوار في تطبيق الدراسي
يآ شريف, ماذا تفعل؟
:
زينل
انا أكتب تحديثات الحالة في الفيسبوك.
:
شريف
أي تحديثات تكتب ؟
:
زينل
أكتب كلمة الدافعية.
:
شريف
جميل. ولكن أنصحك أن تكتب تلك الكلمة في كراستك لأن, لو كنت تكتب كلمة الدافعية في فيسبوك إلى الكراستك, لنفد تلك الكراسة ولو آتيتك بمثله مدد.
:
زينل
شكر على نصيحتك
:
شريف
لئن كتبت في الكراسة, لوجدت منافع كثيرة

زينل
بلى, لا أعصى لك أمرا يآ أخي, شكرا جزاك الله.

شريف




[1] Mahasiswa Pasca UIN Sunan Ampel Surabaya
[2] Analisis dari prolog oleh penulis
[3] Gambar slogan perpustakaan bank BI, di foto hari selasa, 14 november 2017, jam 15:45
[4] Habib, gaya bahasa al-qur’an (daya tarik al-qur’an dari aspek bahasa), adabiyyat, vol I No.2 Maret 2003:62.
[5] Aminullah, uslub Al-Qur’an, fakultas bahasa dan sastra arab universistas sumatrera utara, 2002, hlm 6.
[6] Ibid, 62
[7] Ibid, 64
[8] Ibid, 63
[9] Ali Mudlofir dan Masyhudi Ahmad, Pengembangan Kurikulum Dan Bahan Ajar (LPTK Fakultas Tarbiyan IAIN Sunan Ampel Surabaya:PT. Revka Petra Media, 2009), 137.
[10] Khairi Abu Syairi, Pengembangan Bahan AjarBahasa Arab, STAIN Samarinda:Dinamika Ilmu Vol. 13. No.1, Juni 2013, 55.
[11] Azhar arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, pustaka pelajar: yogyakarta, 2003, hlm 28.
[12] Ibid, hlm 28
[13] Dr. Junaedi, M, Ag, dalam makalah presentase tentang “Metode Penelitian Bahasa Arab, (Surabaya:UINSA, 2017), slide ke-32.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top